Pernahkah
anda memiliki cita-cita? Jika iya, apakah cita-cita anda sudah tercapai? Belum dan
kemungkinan akan tercapai? Atau sudah tidak mungkin tercapai lagi karena waktu
untuk mendapatkan itu sudah terlewat?
Cita-cita
biasanya identik dengan menjadi sesuatu. Pastinya anda ingat sewaktu anda kecil
pernah ingin menjadi dokter, polisi, astronot atau yang lainnya. Begitu indah
masa kecil sehingga tidak ada yang mampu membatasi imajinasi kita untuk menjadi
apapun yang kita inginkan. Namun pernahkah anda cari tahu, dari 10 (sepuluh)
anak kecil yang menyampaikan cita-citanya, ketika mereka besar berapa orang
yang benar-benar menjadi seperti apa yang mereka inginkan? Kemungkinan besar
hanya sedikit sekali yang dapat mencapai cita-citanya bukan? Saya mengambil
contoh seorang anak yang masih duduk dibangku sekolah dasar yang ingin menjadi
seorang astronot ketika dewasa. Kemudian setelah ia duduk di bangku SMP ia
malah ingin menjadi pilot pesawat. Lalu setelah duduk dibangku SMA ia memilih
untuk menjadi seorang anggota TNI/POLRI. Bahkan ketika ia duduk dibangku kuliah
ia berniat mendaftarkan diri menjadi sorang Pegawai Negeri Sipil (PNS). Namun yang
sangat disayangkan ketika ia lulus kuliah yang ada difikirannya hanyalah yang
penting dapat pekerjaan.
Saya
yakin bahwa sebagian besar dari anda dan saya pernah melakukan penurunan visi
hidup seperti diatas. Kita juga tidak bisa menyalahkan diri sendiri ketika ini
terjadi, pasalnya memang banyak hal seperti keterbatasan diri yang membuat kita
tidak dapat mencapainya. Misalnya saja ketika kita SMA kita ingin sekali
menjadi anggota TNI/POLRI tetapi karena penglihatan kita yang buruk kita gagal
mengikuti seleksi. Oleh karena itu kita memutuskan untuk kuliah saja. Ketika kita
kuliah kita melihat bahwa sangat menguntungkan ketika kita menjadi seorang PNS.
Namun ketika sudah lulus kuliah lalu mengikuti seleksi CPNS kitapun gagal
sehingga kita memutuskan untuk melamar kerja pada perusahaan swasta namun tak
diterima juga hingga akhirnya kita berfikir yang penting kita kerja, yang
penting kita mendapat penghasilan, sedikit tidak apa asal cukup untuk makan dan
kebutuhan utama setiap harinya untuk diri sendiri atau bahkan untuk anak dan
istri.
Sangat
miris namun begitulah kehidupan dan sekali lagi kita tidak boleh menyalahkan
diri sendiri ataupun orang lain. Secara pribadi saya bertanya pada diri saya
sendiri, mengapa banyak hal yang saya inginkan tidak bisa saya dapatkan? Apakah
saya yang memang tidak pantas untuk hal tersebut? Padahal saya sudah mencoba
meningkatkan kapasitas diri saya,
mencoba memaksimalkan setiap pekerjaan saya, namun tetap saja tidak dapat saya
raih. Disisi lain saya mencoba bagaimana ketika saya sangat menginginkan hal
tersebut, saya begitu bersemangat untuk mengikuti setiap kegiatan atau proses
menuju hal yang saya inginkan. Rasanya begitu menyenangkan ketika kita memiliki
harapan meskipun sebelumnya kita tidak tahu apakah harapan itu menjadi
kenyataan atau hanya sebatas harapan saja.
Banyak
dari kita ketika tidak bisa mendapatkan apa yang kita inginkan menjadi putus
asa sehingga tidak mau untuk kembali berharap, tidak mau menjadi sesuatu yang
hebat, tidak mau memiliki cita-cita, tidak mau bermimpi kembali. Sehingga ibarat
air mengalir, ia hanya mengikuti arus kehidupan yang entah sampai kemana akan
membawanya. Air di sungai mengalir menuju muara air di laut. Tetapi ada juga
yang mengalir menuju selokan-selokan kecil dan kotor. Ada orang yang mengikuti
arus kehidupan lalu bernasib baik seperti air yang mengalir ke muara di laut. Tetapi
ada juga yang mengikuti arus kehidupan namun tidak berakhir baik seperti air
yang mengalir ke selokan kecil dan kotor. Maka apa yang akan terjadi ketika
orang yang bernasib kurang baik ini tetap ikut dalam arus kehidupan tersebut? Tetapi
bagaimana ia mau mencoba melawan arus agar dapat sampai ketempat yang
sebenarnya yaitu muara di laut? Bisakah ia sampai pada muara di laut? Kita tidak
pernah tahu sampai ia mencoba bukan? Bukankah air yang mengalir juga akan
menghindar ketika bertemu batu ditengah perjalannya bukan? Bukankah tuhan
berfirman bahwa Dia tidak akan mengubah nasib kita sebelum kita mencoba untuk
mengubahnya sendiri bukan?
Suatu
ketik saya pernah gagal dalam suatu seleksi. Ada teman saya bilang untuk apa
mengikuti hal yang melelahkan seperti itu jika hasilnya gagal? Atau anda pernah
meraskan sendiri seperti ada yang bilang untuk apa ikut lomba terus tapi tidak
pernah menang? Banyangkan jika semua orang didunia berfikiran seperti ini. Saya
yakin tidak akan pernah ad orang yang mau berjuang dalam hidupnya. Jika dalam
menjalani hidupnya saja tidak ada yang diperjuangkan lalu apa yang menarik dari
hidupnya? Tidak ada.
Ketika
kita memiliki harapan, ketika kita memiliki sesuatu yang kita inginkan, ketika
kita masih dapat bermimpi, disitulah kita akan merasa bahwa hidup kita terlalu
berharga jika hanya untuk mengikuti arus dan bahkan hidup kita ditentukan oleh
orang lain. Mengejar mimpi merupakan suatu karunia tuhan untuk kita. Meskipun
nantinya kita memang benar-benar tidak bisa mendapatkan apa yag kita impikan,
tidak ada larangan untuk kita mengganti mimpi kita bukan? Ganti saja mimpi kita
jika kita memang sudah tidak punya kesempatan untuk mendapatkannya. Ketika
gadis yang kita cintai menikah dengan orang lain kita bisa mencintai gadis lain
yang belum menikah. Sangat menyenangkan memang ketika kita mendapatkan apa yang
kita cintai, tetapi tidak ada salahnya juga bukan jika kita mencintai apa yang
kita dapatkan? Teruslah bermimpi kawan. Teruslah berharap dan teruslah hidup
dengan sebenar-benarnya hidup.