Minggu, 31 Mei 2015

Belajar Menulis

Berawal dari Board Case (BC) teman tentang Workshop Digital Writting yang diadakan oleh salah satu perusahaan Telekomunikasi di Universitas Bandar Lampung saya mendaftarkan diri untuk menjadi peserta kegiatan tersebut. Fasilitator  workshop tersebut adalah mas Pandji Pragiwaksono. Beliau merupakan salah seorang penulis yang sangat kreatif, beberapa karyanya ada juga yang telah mendapat penghargaan seperti bukunya yang berjudul Nasionalisme.
Peserta kegiatan berjumlah sekitar 50 orang yang terdiri dari pelajar dan mahasiswa. Aroma antusias begitu terasa ketika banyak peserta yang melayangkan banyak pertanyaan kepada mas Pandji. Saya mengambil 4 (empat) point penting dari workshop ini:
1.      Menjadi lebih beda, lebih baik daripada menjadi lebih baik
Fasilitator menekankan sangat penting menjadi lebih berbeda dari yang lain dikarenakan hanya yang berbeda yang akan dilihat oleh orang lain. Beliau menjelaskan bahwa sebaik apapun karya kita, tetapi jika tidak dilihat orang maka akan sia-sia. Sebaliknya, meskipun karya kita biasa-biasa saja, namun karya kita bisa dilihat orang maka karya kita akan dapat dinilai oleh orang lain terlepas bagus atau tidaknya karya kita

2.      Mulai dulu
Kebanyakan orang ketika ditanya mengapa belum mau atau belum bisa untuk hanya sekedar memulai menulis, mereka menjawab kurang percaya diri dengan tulisannya, sulit mendapatkan ide atau sudah punya ide namun sulit untuk dituangkan dalam tulisan. Maka, solusi yang ditawarkan oleh fasilitator adalah langsung menulis baik itu banyak atau  sedikit, bagus atau jelek, banyak yang suka atau tidak. “Karya pertama dari seseorang sudah pasti adalah karya yang jelek, maka kita harus membuat karya yang lebih baik dari karya sebelumnya”. Imbuhnya.

3.      Banyak membaca
Menulis merupakan penuangan pemikiran dari otak kita. Semakin banyak yang masuk kedalam otak kita, maka akan semakin banyak juga tulisan yang akan kita buat. Terdapat istilah “membaca merupakan jendela dunia”. Maka dengan membaca banyak referensi seperti buku, berita dan sebagainya bisa menjadi sumber ide bagi kita untuk menulis.

4.      Disiplin
Fasilitator mengatakan bahwa disiplin tidak mengekang, malah membebaskan. Maksudnya adalah seseorang dapat bebas melakukan apapun yang dia inginkan hanya jika orang tersebut sudah disiplin dalam bidangnya. Contoh: seorang pemain sepak bola profesional dapat dengan bebas mengolah bola di lapangan karena sedari kecil ia disiplin untuk berlatih sepak bola. Disiplin bertujuan agar kita dapat konsisten untuk memperdalam bidang yang kita geluti seperti menulis, melukis, memasak dan lainnya. Mas Pandji sebagai fasilitator mencontohkan sahabatnya Raditya Dika yang sangat disiplin menulis apapun setiap hari untuk terus mengasah kemampuannya dalam menulis.

Demikianlah beberapa point yang saya dapat dari Workshop Digital Writting. Semoga bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar